AA Navis merayakan ulang tahun ke-100 pada 17 November lalu. Sastrawan yang tulisannya terus menjadi acuan hingga saat ini, diketahui tumbuh di lingkungan yang mendukung kepenulisannya.
Pengarang "Man Rabuka" itu diketahui menekuni berbagai bidang. Mulai dari antropologi, politik, agama, hingga pendidikan.
Baca juga: Momen Anggota DPR Bacakan Puisi AA Navis di Peringatan 100 TahunnyaBaca juga: UNESCO Rayakan Ulang Tahun ke-100 Sastrawan Asal Indonesia, Siapakah Dia?Kepiawaiannya dalam menuangkan ide-ide di berbagai bidang diyakini berasal dari masa kecilnya. Lahir dan besar di Padang Panjang, para pemerhati AA Navis meyakini jika lingkungan tempat AA Navis tumbuh sangat berpengaruh pada pemikiran-pemikirannya.
Tinggal di Lingkungan HeterogenDosen Universitas Andalas, Ivan Adilla, menjelaskan jika AA Navis tumbuh di ruang sosial yang cukup heterogen. Menurutnya, daerah Padang Panjang merupakan wilayah yang sangat strategis.
Padang Panjang berada di antara tiga gunung dan persimpangan dengan wilayah lain. Selain itu, wilayah ini juga menghubungkan wilayah pantai ke daratan.
"Karena dia strategis, maka Belanda mendirikan di situ satu tangsi militer. Kemudian juga berkembang tambang batubara. Maka di situ juga dibangun sebuah stasiun kereta api yang cukup besar," jelas Ivan dalam Seminar Nasional dan Peluncuran Buku Seratus Tahun AA Navis di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta, Kamis (28/11/2024).
"Tapi titik persilangan Padang Panjang bukan hanya soal wilayah lintas transportasi. Persilangan yang lain itu adalah persilangan pemikiran," imbuhnya.
Waktu itu, telah berdiri berbagai macam jenjang pendidikan di Padang Panjang. Mulai dari Diniyah Putri, Sumatera Thawalib, hingga sekolah guru.
"Inilah dimulainya pembaruan sistem pendidikan," ujarnya.
Menurut Ivan, para ulama dan siswa berlomba-lomba menerbitkan pemikirannya di berbagai majalah.
Tentang Sekolah INS KayutanamTempat AA Navis muda mengenyam pendidikan bukanlah sekolah biasa. Sekolah tersebut mencakup pendidikan selama 11 tahun dengan fasilitas yang cukup lengkap.
Sekolah seluas 18 hektar itu diyakini memiliki kekhususan berbeda dengan sekolah lain. INS Kayutanam meyakini juga semua siswa memiliki potensi yang sama.
"Ini pandangan egaliter, tidak ada manusia yang bodoh. Setiap orang punya potensi dan sekolah ini bertanggung jawab untuk membina, mencari, mengembangkan potensi siswanya," jelas Ivan.
Lulusan INSKayutanam diketahui memiliki karier yangmoncer. Banyak dari mereka yang terjun ke dunia militer, diplomat, seniman hingga dokter.
Baca juga: Pameran 100 Tahun AA Navis: Sebuah Dinding MemoriPara siswa diperbolehkan memilihkan kegiatan yang mereka minati. Kala itu, Navis berminat mengikuti tim orkestra. Ia kemudian mempelajari alat musik flute agar lolos seleksi.
"Dalam waktu singkat, dia bisa menguasai flute dan ikut dalam orkestra sekolah," ujar Ivan.
Ivan menegaskan lagi jika INS Kayutanam menekankan agar setiap siswa memiliki potensi diri. Dengan potensi itulah setiap siswa bisa mandiri.
"Inilah yang diajarkan di INS Kayutanam bahwa setiap kita punya potensi menggali potensi diri ini kemudian dengan potensi ini orang harus mandiri," pungkasnya.
Detik Pagi Nostalgia Bersama Petualangan Sherina 2