Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas), Amich Alhumami optimis skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia akan meningkat. Apa alasannya?
Dia mengatakan, bukan saja hanya meningkat, tetapi bisa menyusul skor negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Misalnya, seperti Australia, Jerman, Italia, Jepang, hingga Finlandia.
"Optimis (skor PISA meningkat)," tutur Amich kepada wartawan di Hotel Artotel Mangkuluhur, Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2024).
Baca juga: Pemerintah Akan Seimbangkan Jumlah Prodi STEM dan Sosial, Tutup Jurusan Jadi Solusi?Baca juga: Soroti Banyak Gen Z Dipecat Dari Pekerjaan, Bappenas: Soft Skillnya Lemah2 Faktor Penunjang Peningkatan Skor PISAPISA adalah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Mengutip arsip detikEdu, penilaian ini mengukur tiga aspek yaitu literasi membaca, matematika, dan sains.
Penilaian ini dilakukan untuk siswa berusia 15 tahun yang diadakan setiap 3 tahun sekali. PISA pertama kali diselenggarakan pada 2000 dengan diikuti 90 negara dan sekitar 3.000.000 siswa seluruh dunia.
Hasil PISA akan digunakan pemerintah untuk mengevaluasi hasil capaian siswa agar dapat dijadikan bahan evaluasi kebijakan pendidikan.
Diketahui, dari hasil penilaian PISA secara keseluruhan dari tahun 2000 sampai 2018, Indonesia rata-rata masih mendapatkan peringkat dan poin yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya persentase siswa yang berprestasi rendah.
Pada survei tahun 2022 lalu, memang Kemendikbudristek menyatakan skor PISA Indonesia memiliki hasil baik. Kemampuan literasi, matematika, dan sains Indonesia, naik 5-6 posisi dibanding tahun 2018.
Amich menjelaskan ada 2 faktor penunjang yang bisa meningkatkan skor PISA Indonesia pada masa depan, yakni:
1. Ketersediaan fasilitas pendidikan dan sumber pembelajaranMenurut Amich, pemerintah sudah berinvestasi dengan jumlah yang besar untuk memenuhi ketersediaan fasilitas pendidikan dan sumber pembelajaran. Ketersediaan fasilitas pendidikan juga termasuk memperbaiki sekolah yang rusak.
Hal ini juga menjadi sorotan dalam program prioritas Presiden Prabowo Subianto. Pelaksanaannya akan dilakukan bersama-sama berbagai kementerian termasuk Kemendikdasmen dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
"Memang jumlah sekolah yang rusak jauh lebih banyak dari kemampuan untuk memperbaikinya. Tetapi itu sudah dilakukan dan itu strategi yang sudah bagus," jelas Amich.
Pemenuhan ketersediaan fasilitas pendidikan juga harus diimbahi dengan dipenuhinya sumbe-sumber pemebelajaran. Pemerintah harus bisa menambah buku-buku bacaan bermutu.
2. Meningkatkan kualitas guruFaktor penunjang kedua adalah kualitas guru RI harus diperbaiki bahkan ditingkatkan. Hal ini akan menjadi tantangan Kemendikdasmen dan universitas Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
"Universitas LPTK harus bisa melahirkan guru-guru terbaik yang nanti akan berdedikasi atau mengambil profesi sebagai guru di sekolah," ungkap dia.
"Hanya dengan itu kita bisa secara perlahan-lahan meningkatkan kualitas pendidikan. Hasil pembelajarannya akan tercermin pada PISA," tambah Amich.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang BappenasLebih lanjut Amich menjelaskan Bappenas telah menyusun Undang-Undang No. 59 Tahun 2024 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2025-2045. RPJPN ini fokus pada human capital atau pengembangan manusia di bidang kesehatan dan pendidikan.
Termasuk di dalamnya mendukung program Presiden Prabowo yakni Makan Bergizi Gratis. Karena diperlukan perbaikan dari sedini mungkin.
"Perbaikan gizi terutama bagi ibu hamil, menyusui, dan balita sebagai langkah penyiapan agar (generasi mendatang) menjadi sehat dan bergizi (serta) kemudian menjadi pintar melalui pendidikan," tandas Amich.
Bappenas Gelar Musrenbangnas 2024, Berikan Penghargaan untuk Daerah